1. Kedudukan filsafat pendidikan dalam
konsep sistem pendidikan nasional.
Filsafat pendidikan tidak hanya
mempelajari tentang teori dan konsep semata melainkan praktik untuk menemukan
makna dan sistem kehidupan. Relasi filsafat pendidikan kedalam praktik kependidikan
sangat diperlukan untuk dijadikan acuan sebagai sistem berpikir. Filsafat
pendidikan sangat signifikan dalam mengembangkan sebagai kerangka berpikir
untuk landasan-landasan filosofis yang hendak dikaji kedalam praktik
kependidikan dengan tujuan merumuskan potensi-potensi kehidupan sehingga
filsafat pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat urgensif. Oleh karena itu,
terobosan pemikiran filosofis yang ditujukan terhadap pendidikan untuk
menemukan jalan buntuh yang lama tidak digagas secara sistemik sehingga
pendidikan bercorak pragmatisme yang bernuansa statis dan tidak berkembang. Sebagai
pemikir filsafat pendidikan, tentunya pendidikan harus bertujuan untuk menjawab
persoalan yang sangat mendasar terutama mengenai profesi kependidikan yang dialami
oleh masyarakat kontemporer.
Menurut Knight, pemikiran merupakan
sesuatu yang terus berproses, dan satu dari sekian banyak hasil yang paling
berguna dalam kajian filsafat pendidikan yang telah tercapai. Jadi filsafat
pendidikan adalah proses untuk menyelesaikan problem dan isu-isu yang muncul
didalam dunia pendidikan pada abad ke-20 yang berkembang terutama masyarakat
Amerika sehingga pendidikan selalu muncul dengan jawaban-jawaban, paling tidak
pertanyaan-pertanyaan yang belum selesai. Sedangkan menurut Barnadib,
pendeskripsian filsafat pendidikan lebih menekankan pada aspek substansi dan
tujuan dari kearah "mengetahui dan memahami" makna pendidikan,
sistem, aliran, serta berbagai masalah-masalah terhadap pendidikan.[1]
Sedangkan Filsafat dalam arti analisa filsafat merupakan
salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam
memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikannya,
disamping menggunakan metode-metode ilmiah lainnya. Sementara itu dengan
filsafat, sebagai pandangan tertentu terhadap sesuatu objek, misalnya filsafat
idealisme, realisme, materialisme, dan sebagainya, akan mewarnai pula
pandangan ahli pendidikan tersebut dalam teori-teori pendidikan yang
dikembangkannya.
Berdasarkan masalah-masalah
pendidikan yang ada di Indonesia , ada satu ilmu yang kita lupakan yaitu
fisafat. Tidak semua masalah dapat dipecahkan dengan menggunakan metode ilmiah
semata-mata. Karena Banyak di antara masalah-masalah kependidikan tersebut yang
merupakan pertanyaan-pertanyaan filosofis, yang memerlukan pendekatan filosofis
pula dalam pemecahannya. Analisa filsafat terhadap masalah-masalah kependidikan
tersebut, dengan berbagai cara pendekatannya, akan dapat menghasilkan
pandangan-pandangan tertentu mengenai masalah-masalah kependidikan tersebut,
dan atas dasar itu bisa disusun secara sistematis teori-teori pendidikan.
Disamping itu jawaban-jawaban yang telah dikemukakan oleh jenis dan aliran
filsafat tertentu sepanjang sejarah terhadap problematika pendidikan yang
dihadapinya menunjukan pandangan-pandangan tertentu, yang tentunya juga akan
memperkaya teori-teori pendidikan. Dengan demikian terdapat hubungan fungsional
antara filsafat dengan teori pendidikan.
Di samping hubungan fungsional tersebut, antara filsafat dan
pendidikan mempunyai hubungan yang bersifat suplementer, sebagaimana
dikemukakan oleh Ali Saifullah dalam bukunya: “ Antara Filsafat dan
Pendidikan”, sebagai berikut: 1) Filsafat pendidikan sebagai suatu lapangan
studi mengarahkan pusat perhatiannya dan memusatkan kegiatannya pada dua fungsi
tugas normatif ilmiah, yaitu: Kegiatan merumuskan dasar-dasar, dan
tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang sifat hakiki manusia, serta konsepsi
hakikat dan segi-segi pendidikan serta isi moral pendidikannya. 2)
Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan (science of education)
yang meliputi politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan atau organisasi
pendidikan dan metodologi pendidikan dan pengajaran[2].
Sebenarnya filsafat memiliki banyak manfaat dan fungsi
didalam pendidikan utamanya.maka kedudukan filsafat berperan penting dalam
sistem pendidikan nasional, Sayangnya, pemahaman terhadap filsafat yang
diaplikasikan pada pendidikan di Indonesia masih terbatas pada tingkat
perguruan tinggi. Padahal di beberapa negara di Eropa, seperti Prancis,
jerman dan Belanda telah menetapkan filsafat sebagai mata pelajaran di sekolah
menengah. Pemahaman yang kurang terhadap pemaknaan filsafat membuat kita
seringkali mengabaikan ilmu ini dalam menyelesaikan masalah pendidikan.
Padahal, jika ada pendalaman ilmu filsafat mulai dari sekolah menengah hingga
pendalaman di tingkat perguruan tinggi akan menguak kembali falsafah bangsa,
yaitu Pancasila sebagai suatu pedoman dalam berkehidupan di Indonesia.
Namun, yang sekarang banyak terjadi justru bangsa Indonesia menggunakan
pandangan filsafat dari negara lain yang tentunya juga memiliki falsafah hidup
yang berbeda. Sehingga apabila diterapkan di Indonesia belum tentu tepat
atau bahkan dianggap tidak cocok sehingga menambah kekisruhan atau menimbulkan
masalah baru dalam pendidikan. Di Indonesia sendiri, sejak kemerdekaan
sehingga saat ini, tidak melibatkan filsafat dalam proses penjaringan mahasiswa
sarjana, pascasarjana dan doktor.
Sebagai perbandingan sistem pendidikan yang mengalami
berbagai perubahan, penulis mengambil salah satu negara di belahan bumi Eropa,
yaitu Prancis. Salah satu hal yang mencolok dalam sistem pendidikan
Prancis ialah bahwa filsafat tidak terbatas pada taraf perguruan tinggi, tetapi
berperanan juga pada taraf sekolah menengah. Peran filsafat di sekolah
menegngah dianggap begitu luas, filsafat mendapat peluang lebih luas pula di
universitas, sebab universitas diharapkan akan menghasilkan banyak guru yang
sanggup mengajar fisafat di tingkat sekolah menengah.para filsuf Prancis
umumnya mengawali kariernya sebagai guru filsafat di beberapa sekolah menengah
mulai di daerah dan akhirnya di salah satu sekolah elite di Paris,
sebelum diangkat sebagai dosen di universitas.
Filsafat menyentuh berbagai dimensi hidup manusia,
keterbukaan total terhadap realitas hidup, kejujuran hati dan merefleksikan
suasana jiwa yang tentram dan damai atas dasar gerak hidup berdasarkan perilaku
hukum Tuhan dan hukum horizontal yang disusun oleh dan atas kesepakatan
universal umat manusia. Hukum ciptaan Tuhan dan hukum ciptaan manusia tidak
dipertentangkan, tetapi diselaraskan melalui renungan filsafat dan pendamaian
multi dimensi dalam keluhuran budi pekerti, serta mampu menghubungkan akar
masalah manusia dengan jembatan penyelesaiannya secara rasional dan jujur.
Para filsuf meyakini perlunya pendidikan guna mengarahkan
manusia agar memiliki kesadaran moral yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan
orang lain secara lebih luas. Dengan demikian, karena tingkat pendidikan
manusia berpengaruh terhadap persepsinya tentang rasionalitas dan pemikiran
dengan kesadarn moral yang penuh rasa tanggungjawab dan kemandirian, maka
kematangan diri manusia menjadi landasan dalam pengembangan pengetahuan dan
kesadaran filsafat dalam akal budinya. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat
pendidikan manusia semakin sesuai untuk menerima siraman filsafat dikarenakan
adanya kecintaan hatinya yang mendorongnya berjalan kepada mencari kebenaran
yang belum maupun sudah tersingkap, dengan tetap menegaskan bahwa manusia
berpendidikan rendah juga kadangkala mampu berfikir rasional dan jujur.
2. Peran
pendekatan filsafat terhadap paradigma pendidikan di indonesia
Dalam pemaknaan kata “ paradigma “ mengandung arti model
pola skema. Dengan demikian paradigma merupakan sebuah model atau pola yang
terskema dari beberapa unsur yang tersistematis baik secara filosofis,
ideologis, untuk dijadikan acuan visi hidup baik secara personal maupun
kolektif untuk masa depan.
Landasan filosofis mengandung arti “ the love for wisdom “
menurut Pythagoras dan kualitas manusia menjadi tiga tingkatan : lovers of
wisdom -lover of succes - lover of pleasure.[3]
Sedangkan acuan pemaknaan “ideologi” merupakan teori menyeluruh tentang makna
hidup dan nilai-nilai daripadanya ditarik kesimpulan-kesimpulan mutlak tentang
bagaimana manusia harus hidup atau bertindak. Kekhasan dari ideologi selalu
dimuat tuntutan-tuntutan mutlak yang tidak boleh dipersoalkan. Cakupan dalam
paradigma terdiri dari unsur nilai-nilai, pelembagaan secara fungsional dan
struktural, macam-macam tujuan dan kepentingan yang diutamakan, cara-cara dan
proses mencapainya, mengembangkan dalam sikap dan prilaku.
Dengan demikian paradigma merupakan sebuah acuan yang dibuat
dari makna fiosofis suatu bangsa ( kearifan lokal atau bangsa ) maupun
referensi ideologi yang berasal dari doktrin agama untuk dijadikan visi hidup
yang lebih baik. Bagi bangsa Indonesia Falsafah atau ideologi “ Pancasila
“merupakan paradigma yang lahir dari kearifan Bangsa dan ideologis ( agama )
yang dijadikan sebagai visi hidup dan berorganisasi keseharian.
Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana
mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan
menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-rinsip pendidikan yang
didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau proses pendidikan
menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi
antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan
menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan. Peranan filsafat
pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi
masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan
tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan
rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep
yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek
terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta
didik.
3. Objek studi filsafat berdasarkan
hakikat manusia sebagai berpengetahuan, berpendidikan, dan berkebudayaan
Filsafat pendidikan memiliki obyek
kajiannya. Pada umumnya, ada 2 obyek filsafat pendidikan, yakni :
A. Objek material.
Objek material filsafat pendidikan adalah:
Ø Segala gejala
(fenomen) pendidikan sebagai fakta dan peristiwa;
Ø Segala
sistematisasi ilmiah; teori, data, eksperimen (psikologi, sosiologi,
antropologi, dan sebagainya);
Ø Segala
bentuk refleksi kritis filsafat dalam sejarah mengenai pendidikan.
Segala bahan itu merupakan pertanyaan, dorongan dan
tantangan. Tetapi, filsafat pendidikan terutama tertarik
dengan struktur dan arah dasar. Misalnya, relasi pendidikan,
perkembangan ekspresi, segi intelektual dan kebebasan.
B. Obyek Formal.
Objek formal filsafat pendidikan ialah menghubungkan segala gejala dan
teori itu dengan hakikat manusia. Filsafat pendidikan mencoba
mengakarkan kembali semua unsur dalam struktur-struktur
dasar, seperti berlaku bagi manusia dengan mutlak. Misalnya, proses
belajar, mata pelajaran ilmu eksata, kebudayaan dan sejarah.
4. Hubungan
ideal antara kehidupan dengan paradigma pendidikan
Bagi
bangsa Indonesia Falsafah atau ideologi “ Pancasila “merupakan paradigma yang
lahir dari kearifan Bangsa dan ideologis ( agama ) yang dijadikan sebagai visi
hidup dan berorganisasi keseharian. Dalam pemaknaan kata “ paradigma “ mengandung
arti model pola skema. Dengan demikian paradigma merupakan sebuah model atau
pola yang terskema dari beberapa unsur yang tersistematis baik secara
filosofis, ideologis, untuk dijadikan acuan visi hidup baik secara personal
maupun kolektif untuk masa depan.
Pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan globalisasi.
Pendidikan tidak mungkin menisbikan proses globalisai yang akan mewujudkan
masyarakat global ini. Dalam menuju era globalisasi, Indonesia harus melakukan
reformasi dalam proses pendidikan, dengan tekanan menciptakan sistem pendidikan
yang lebih komprehensif dan fleksibel, sehingga para lulusan dapat berfungsi
secara efektif dalam kehidupan masyarakat global demokratis. Untuk itu,
pendidkan harus dirancang ssedemikian rupa yang memungkinkan para peserta didik
mengembangkan potensi yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana
penuh kebebasan, kebersamaan dan tanggung jawab. Disamping itu, pendidikan
harus menghasilkan lulusan yang dapat memahami masyarakatnya dengan segala
faktor yang dapat mendukung mencapai sukses ataupun penghalang yang menyebabkan
kegagalan dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu alternatif yang dapat
dilakukan adalah mengembangkan pendidikan yang berwawasan global.
Jadi, kehidupan dan paradigma pendidikan saling berhubungan
karena paradigma ialah acuan atau visi dan misi didalam pendidikan karena pendidikan mempengaruhi setiap kehidupan
didalam masyarakat serta juga dapat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat
tersebut secara global.
5. Dari
sepuluh aliran pemikiran pendidikan berdasarkan filsafat pendidikan, jelaskan
menurut anda kecenderungan aliran pemikiran pendidikan di Indonesia.
Menurut saya, aliran pemikiran di
Indonesia dipengaruhi oleh aliran konvergensi. Aliran konvergensi ialah kompromi
atau kombinasi dari aliran nativisme dan empirisme. Aliran ini berpendapat
bahwa bahwa anak lahir didunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk,
sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan.
Jadi, faktor pembawaan dan lingkungan sama-sama
berperan penting, anak yang mempunyai pembawaan baik dan didukung oleh
lingkungan pendidikan yang baik akan menjadi semakin baik, begitu sebaliknya. Dengan
demikian, aliran konvergensi menganggap bahwa pendidikan sangat bergantung pada
faktor pembawaan atau bakat dan lingkungan.
Seperti yang kita lihat di Indonesia kedua faktor
ini yaitu bakat baik maupun buruk
mempengaruhi perkembangan anak karena tanpa adanya bakat atau bawaan dari lahir
tidak mungkin dapat berkembang bagaimana dirinya sebenarnya dan lingkungan ikut
mempengaruhi juga dalam perkembangan karena jika seorang anak terlahir telah
baik namun karena lingkungan tempat tinggal nya kurang baik atau lebih banyak
ke hal-hal yang sifatnya negatif maka sedikit banyak perkembangan akan ikut berpengaruh.
6.
Posisi
filsafat pendidikan dalam kurikulum pendidikan bahasa Inggris.
[1] http://tauhediasad.blogspot.com/2013/02/membaca-kedudukan-filsafat-pendidikan.html
17 juni 2013 13:30
Tidak ada komentar:
Posting Komentar